Sebelum
kita masuk dalam topik pembicaraan kita kali ini. Saya ingin menjelaskan apa
yang dimaksud dengan keindahan. Keindahan bisa dikatakan sesuatu yang indah
atau cantik yang dapat dinikmati jika telah dihubungkan dengan suatu bentuk
yang berwujud Contohnya seperti kutipan pada lagu anak-anak yang berjudul
PELANGI “pelangi-pelangi alangkah indahmu”. Pelangi itu berwujud, maka kita
dapat melihat dan bahkan dapat menikmati keindahannya. Akan tetapi keindahaan
yang tidak terwujud juga dapat dinikmati, contohnya sebuah lagu, musik ataupun
nada yang hanya bisa dinikmati oleh indera pendengar.
Tapi kali ini kita akan menceritakan tentang keindahan yang
terwujud yang menjurus pada seni yaitu tentang keindahan bangunan yang berada
di daerah Jatinegara. Dahulunya
Jatinegara bernama Meester Cornelis. Nama Meester Cornelis diambil dari nama
seorang tokoh guru agama Kristen yang bernama Meester Cornelis Senen yang
merupakan penduduk Indonesia keturunan Protugis. Beliau fasih berkhotbah dengan
baik dalam bahasa Melayu dan Protugis. Beliau awalnya membuka lahan hutan dan
hutan tersebut diberi nama sesuai dengan namanya, setelah itu hutan tersebut
berubah menjadi pusat transportasi. Nama Jatinegara diperkenalkan pada abad
pertengahan 17 yakni pada tahun 1942 pada jaman Jepang, yang sebelumnya
pangeran Ahmad Jayakarta mempopulerkan nama Jatinegara saat mendirikan
perkampungan di Pulo Gadung di daerah Jakarta Timur, setelah Belanda
menghancurkan keraton beliau di Sunda Kelapa. Jatinegara merupakan pusat
kabupaten yang meliputi Bekasi, Cikarang, Matrman dan Kebayoran. Jatinegara
diganti menjadi berstatus sebagai siku setingkat kewedanan bersama Penjaringan,
Mangga Besar, Gambir, Tanjung Priok, Tanah Abang, dan Pasar Senen.
Di Jatinegara
terdapat beberapa bangunan yang berarsitektur Hindies atau campuran dari unsur
budaya barat terutama budaya Belanda dan budaya Indonesia terutama budaya Jawa.
Bentuk bangunan ini sebagai simbol kekuasaan, status sosial dan kebesaran
penguasa saat itu. Berikut adalah bangunan yang berarsitektur Hindies
diantaranya:
3. Stasiun Jatinegara
Stasiun Jatinegara tahun 1924 Stasiun Jatinegara tahun 2007
Stasiun Jatinegara merupakan salah
satu bangunan stasiun dari 4 stasiun pertama yang berdiri di kota Jakarta.
Diprediksikan stasiun ini dibangun pada abad 20 diidentifikasi dari struktur
batang dan tembok dinding stasiun yang sudah menggunakan cor beton menggunakan
gaya arsitektur yang indah. Bangunan stasiun ini memiliki ciri pedesaan Belanda, namun juga
disesuaikan untuk daerah tropis, berarsitektur Hindies atau campuran dari unsur
budaya barat terutama budaya Belanda dan budaya Indonesia terutama budaya Jawa.
Terlihat pada bangunan ini dengan 2
buah daun jendela, langit atau plafon yang tinggi, dan ventilasi udara diatas
jendela.
Bangunan SMP 14 Jakarta ini memiliki nilai
arsitektur yang sangat indah, berdiri pada awal abad 19 yang dahulunya merupakan
tempat tinggal para petinggi kolonial Belanda saat itu. Dari bentuk arsitektur,
bangunan ini bergaya art deco dan hampir sejaman dengan museum Bank Mandiri
yang berada di Kota Tua.
Gedung ini bergaya Neo Gothic terlihat
pada unsur fasad banguan pilar, pada bangunan ini terlihat adanya 2 buah daun
jendela, langit atau plafon yang tinggi dan ventilasi udara diatas jendela yang
memperlihatkan unsur Hindies nya
Referensi :
video
arsitektur meester cornelees