Kali ini saya akan memposting
tentang kritik arsitektur interpretif, sebelum kita memasuki apa kritik
arsitektur interpretif, saya akan jelaskan terlebih dahulu apa kritik
arsitektur itu sendiri.
Kritik arsitektur adalah suatu
tanggapan yang merupakan hasil pengamatan terhadap objek arsitektur dengan menggunakan
semua panca indera dan berbekal pengetahuan. Maksudnya yaitu kita menanggapi sebuah
objek arsitektur yang telah kita amati dengan semua panca indera, baik dengan
mata untuk melihat warna dan bentuk arsitekturnya, baik dengan tangan atau
kulit untuk merasakan tekstur dari bangunan itu sendiri dan tanggapan tersebut
atau tanggapan yang kita buat juga berdasarkan dengan pengetahuan yang kita miliki,
jadi tidak serta merta dalam memberi kritikan ataupun tanggapan.
Kritik arsitektur itu sendiri
memiliki 6 jenis diantaranya :
·
Kritik Terukur
·
Kritik Normatif
·
Kritik Interpretif
·
Kritik Tipikal
·
Kristik Deskriptif
·
Kritik Impressionis
Karena saya memiliki tugas
tentang kritik interpretif, maka saya hanya akan menjelaskan kritik interpretif
itu sendiri.
Kritik Interpretif yaitu
merupakan kritik yang ditafsir oleh seorang pengamat dengan bentuk kritikan
cenderung objektif, sehingga pengamat tersebut dapat mempengaruhi pandangan
orang lain diharapkan orang lain tersebut memiliki pandangan yang sama dengan
si pengamat terhadap sebuah objek arsitektur.
Kritik interpertif itu sendiri
memiliki 3 teknik yaitu :
·
Kritik Evokatif
Dalam terjemahan
bahasa Indonesia, evoke berarti membangkitkan. Pada kritik ini pengamat
mengungkapkan apa makna yang dikandung pada sebuah bangunan dengan pemahaman
intelektualnya serta membangkitkan rasa emosi yang sama seperti yang pengamat
rasakan kepada orang lain. Dalam teknik evokatif bisa disampaikan dalam bentuk
naratif maupun fotografi.
Maksudnya disini
si pengamat mengungkapkan arti sebuah bangunan dengan pengetahuannya dan
mendorong orang lain untuk merasakan apa yang ia rasakan juga terhadap bangunan
yang ia amati.
·
Kritik Advokatif
Dalam terjemahan
bahasa Indonesia, advocacy memiliki arti pembelaan. Pada kritik ini tidak
memiliki bentuk penghakiman maupun upaya merendahkan orang lain melainkan
penjelasan yang terperinci dengan topik yang perlu diperhatikan dalam sebuah
bangunan seperti manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek dalam membangun
sebuah bangunan.
Maksudnya
disini, kritik tersebut merupakan rasa apresiasi si pengamat terhadap sebuah
bangunan yang telah dirancang oleh seorang arsitek
·
Kritik Impresionis
Kritik
impresionis merupakan kritik yang menggunakan karya seni atau bangunan sebagai
dasar bagi pembentukan karya seninya.
Maksudnya yaitu
si pengamat dapat menghasilkan sebuah karya yang lain dengan mengamati sebuah
objek arsitektur. Contohnya seperti membuat puisi yang terinspirasi karena
mengamati kawasan Kota Tua Jakarta, membuat kartun sebuah bangunan yang telah
diamati dan lain sebagainya.
Metode Kritik Interpretif –
Evokatif
Objek : G-Tower
G Tower merupakan gedung yang
berada di jalan Art center-daero, Yeonsu-gu, Incheon, Korea Selatan. Saat
pertama kali melihat, gedung ini memiliki konsep yang modern, sederhana dan
dinamis. Bangunan ini memiliki bentuk simetris dimana gedung tersebut memiliki
coakan berbentuk diagonal ataupun piramid. Gedung tersebut memiliki aksen
horizontal yang merupakan lis acp, selain menjadi aksen ataupun tekstur, lis
tersebut dapat memecah angin vertikal.
Pada bagian interior konsep
modern menonjol dengan bentukan simple, besih serta penggunaan warna putih dan
abu-abu pada material yang digunakan. Pada bagian salah satu sisi menggunakan
material kaca yang disandingkan dengan frame kaca dan penggunaan flat truss
bermaterial baja berwarna putih yang menambahkan kesan modern itu sendiri.
Dari kritik yang telah saya buat diatas
dapat dilihat bahwa saya menggunakan kritik Interpretif – Evokatif dimana pada
kritikan tersebut disampaikan dalam bentuk naratif dan penambahan foto
untuk menunujang penyampaian naratif itu sendiri.
Sumber : http://demasafetalita.blogspot.com/2016/01/kritik-arsitektur-interpretif.html