KRITIK ARSITEKTUR INTERPRETIF DAN CONTOH KRITIK ARSITEKTUR INTERPRETIF - EVOKATIF

| Sabtu, 24 November 2018

Kali ini saya akan memposting tentang kritik arsitektur interpretif, sebelum kita memasuki apa kritik arsitektur interpretif, saya akan jelaskan terlebih dahulu apa kritik arsitektur itu sendiri.

Kritik arsitektur adalah suatu tanggapan yang merupakan hasil pengamatan terhadap objek arsitektur dengan menggunakan semua panca indera dan berbekal pengetahuan. Maksudnya yaitu kita menanggapi sebuah objek arsitektur yang telah kita amati dengan semua panca indera, baik dengan mata untuk melihat warna dan bentuk arsitekturnya, baik dengan tangan atau kulit untuk merasakan tekstur dari bangunan itu sendiri dan tanggapan tersebut atau tanggapan yang kita buat juga berdasarkan dengan pengetahuan yang kita miliki, jadi tidak serta merta dalam memberi kritikan ataupun tanggapan.

Kritik arsitektur itu sendiri memiliki 6 jenis diantaranya :
·         Kritik Terukur
·         Kritik Normatif
·         Kritik Interpretif
·         Kritik Tipikal
·         Kristik Deskriptif
·         Kritik Impressionis

Karena saya memiliki tugas tentang kritik interpretif, maka saya hanya akan menjelaskan kritik interpretif itu sendiri.
Kritik Interpretif yaitu merupakan kritik yang ditafsir oleh seorang pengamat dengan bentuk kritikan cenderung objektif, sehingga pengamat tersebut dapat mempengaruhi pandangan orang lain diharapkan orang lain tersebut memiliki pandangan yang sama dengan si pengamat terhadap sebuah objek arsitektur.
Kritik interpertif itu sendiri memiliki 3 teknik yaitu :

·         Kritik Evokatif
Dalam terjemahan bahasa Indonesia, evoke berarti membangkitkan. Pada kritik ini pengamat mengungkapkan apa makna yang dikandung pada sebuah bangunan dengan pemahaman intelektualnya serta membangkitkan rasa emosi yang sama seperti yang pengamat rasakan kepada orang lain. Dalam teknik evokatif bisa disampaikan dalam bentuk naratif maupun fotografi.

Maksudnya disini si pengamat mengungkapkan arti sebuah bangunan dengan pengetahuannya dan mendorong orang lain untuk merasakan apa yang ia rasakan juga terhadap bangunan yang ia amati.

·         Kritik Advokatif
Dalam terjemahan bahasa Indonesia, advocacy memiliki arti pembelaan. Pada kritik ini tidak memiliki bentuk penghakiman maupun upaya merendahkan orang lain melainkan penjelasan yang terperinci dengan topik yang perlu diperhatikan dalam sebuah bangunan seperti manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek dalam membangun sebuah bangunan.

Maksudnya disini, kritik tersebut merupakan rasa apresiasi si pengamat terhadap sebuah bangunan yang telah dirancang oleh seorang arsitek

·         Kritik Impresionis
Kritik impresionis merupakan kritik yang menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.

Maksudnya yaitu si pengamat dapat menghasilkan sebuah karya yang lain dengan mengamati sebuah objek arsitektur. Contohnya seperti membuat puisi yang terinspirasi karena mengamati kawasan Kota Tua Jakarta, membuat kartun sebuah bangunan yang telah diamati dan lain sebagainya.

Metode Kritik Interpretif – Evokatif
Objek : G-Tower
Lokasi : Incheon, Korea Selatan



G Tower merupakan gedung yang berada di jalan Art center-daero, Yeonsu-gu, Incheon, Korea Selatan. Saat pertama kali melihat, gedung ini memiliki konsep yang modern, sederhana dan dinamis. Bangunan ini memiliki bentuk simetris dimana gedung tersebut memiliki coakan berbentuk diagonal ataupun piramid. Gedung tersebut memiliki aksen horizontal yang merupakan lis acp, selain menjadi aksen ataupun tekstur, lis tersebut dapat memecah angin vertikal.


Pada bagian interior konsep modern menonjol dengan bentukan simple, besih serta penggunaan warna putih dan abu-abu pada material yang digunakan. Pada bagian salah satu sisi menggunakan material kaca yang disandingkan dengan frame kaca dan penggunaan flat truss bermaterial baja berwarna putih yang menambahkan kesan modern itu sendiri.

Dari kritik yang telah saya buat diatas dapat dilihat bahwa saya menggunakan kritik Interpretif – Evokatif dimana pada kritikan tersebut disampaikan dalam bentuk naratif dan penambahan foto untuk menunujang penyampaian naratif itu sendiri.

Sumber : http://demasafetalita.blogspot.com/2016/01/kritik-arsitektur-interpretif.html

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2010 Yuni Nofitasari | Design by btemplatebox.com